Nilai tukar
rupiah terhadap dollar AS cenderung mengalami penurunan selama tahun 2018. Berdasarkan
data dari bank Indonesia pertanggal 5 september 2018, nilai tukar rupiah terhadap
dollar AS mencapai angka 14.852 per dollar AS, bahkan di beberapa bank besar di
Indonesia seperti Mandiri, Bank Central Asia (BCA), dan Bank Tabungan Negara
(BTN) sudah menyentuh angka 15.000 perdollar AS.
Banyak pihak
yang kemudian membandingkan kondisi sekarang dengan krisis ekonomi 20 tahun
yang lalu. Padahal kondisi sekarang dengan 20 tahun yang lalu sangatlah
berbeda. Pada tahun 1998, terjadi krisis ekonomi yang menyebabkan hampir seluruh indikator ekonomi Indonesia menunjukkan
kondisi yang tidak baik, seperti pertumbuhan ekonomi yang minus dan inflasi
yang melambung tinggi. Saat
itu, nilai tukar rupiah terhadap dollar mencapai angka 16.650 perdollar AS dan
tingkat inflasi mencapai 700 persen dari angka 2000an perdollar AS serta
pertumbuhan ekonomi yang mencapai minus
13 persen.
Sementara itu di
tahun 2018, dollar AS menguat dikarenakan adanya perbaikan kondisi makro
ekonomi di Amerika Serikat, seperti tingkat pengangguran turun, pertumbuhan
ekonomi produk domestik bruto (PDB) naik. Ditambah dengan kenaikan suku Bunga acuan
oleh the fed. Perbaikan kondisi ekonomi ini akhirnya berpengaruh terhadap nilai
mata uang negara-negara lain. Hal tersebut juga diungkapkan oleh menteri
keuangan RI, Sri mulyani, “Dollar AS menguat itu berasal dari Policy pemerintah
Amerika, tentu ini mengarah pada mata uang yang lain.”. Saat ini, tingkat
inflasi kurang lebih 11 persen dari angka 13.200an perdollar AS dengan
pertumbuhan ekonomi lebih dari 5 persen pertriwulan kedua.[1]
Kembali kepada
nilai dollar AS yang semakin meningkat. Dibalik penguatan nilai tukar dollar AS,
lebih banyak disebabkan oleh imbas kebijakan ekonomi dan geopolitik yang
dikeluarkan oleh presiden AS Donald Trump.[2] Selain
itu penyataan Trump seperti Trade War
mampu membuat gaduh. Investor dibuat tidak nyaman dan memilih untuk menarik
uangnya dan memegang dollar AS secara Cash (save haven currency), kemudian
membeli surat-surat berharga di AS. Akibatnya peredaran dollar AS berkurang dan
nilai Dollar AS naik.
Pada dasarnya
kenaikan nilai dollar AS saat ini belum terlalu berpengaruh terhadap masyarakat
umum melainkan kepada para pembisnis yang berhubungan dengan aktifitas impor
ekspor. Namun apabila hal ini terus
terjadi, makan dapat berdampak terhadap perekonomian Negara. Seperti harga
barang impor akan naik, tidak hanya itu harga produk dalam negeri yang berbahan
baku impor akan naik berbanding lurus dengan nilai dollar AS.
Kondisi ini
tidak dapat diselesaikan hanya kebijakan pemerintah saja, perlu adanya peran
atau bantuan dari masyarakat untuk menguatkan nilai Rupiah. Caranya bisa dengan
membeli produk dalam negeri dan mengurangi pembelian produk impor, mengganti
destinasi liburan ke tempat wisata di Indonesia, serta memperbanyak
bertransaksi dengan uang rupiah.
RAN, 2018
Tidak ada komentar:
Posting Komentar