Jumat, 07 September 2018

Nilai Dollar AS Semakin Meningkat



Nilai tukar rupiah terhadap dollar AS cenderung mengalami penurunan selama tahun 2018. Berdasarkan data dari bank Indonesia pertanggal 5  september 2018, nilai tukar rupiah terhadap dollar AS mencapai angka 14.852 per dollar AS, bahkan di beberapa bank besar di Indonesia seperti Mandiri, Bank Central Asia (BCA), dan Bank Tabungan Negara (BTN) sudah menyentuh angka 15.000 perdollar AS.

Banyak pihak yang kemudian membandingkan kondisi sekarang dengan krisis ekonomi 20 tahun yang lalu. Padahal kondisi sekarang dengan 20 tahun yang lalu sangatlah berbeda. Pada tahun 1998, terjadi krisis ekonomi yang menyebabkan hampir seluruh indikator ekonomi Indonesia menunjukkan kondisi yang tidak baik, seperti pertumbuhan ekonomi yang minus dan inflasi yang melambung tinggi. Saat itu, nilai tukar rupiah terhadap dollar mencapai angka 16.650 perdollar AS dan tingkat inflasi mencapai 700 persen dari angka 2000an perdollar AS serta pertumbuhan ekonomi yang mencapai  minus 13 persen.

Sementara itu di tahun 2018, dollar AS menguat dikarenakan adanya perbaikan kondisi makro ekonomi di Amerika Serikat, seperti tingkat pengangguran turun, pertumbuhan ekonomi produk domestik bruto (PDB) naik. Ditambah dengan kenaikan suku Bunga acuan oleh the fed. Perbaikan kondisi ekonomi ini akhirnya berpengaruh terhadap nilai mata uang negara-negara lain. Hal tersebut juga diungkapkan oleh menteri keuangan RI, Sri mulyani, “Dollar AS menguat itu berasal dari Policy pemerintah Amerika, tentu ini mengarah pada mata uang yang lain.”. Saat ini, tingkat inflasi kurang lebih 11 persen dari angka 13.200an perdollar AS dengan pertumbuhan ekonomi lebih dari 5 persen pertriwulan kedua.[1]

Kembali kepada nilai dollar AS yang semakin meningkat. Dibalik penguatan nilai tukar dollar AS, lebih banyak disebabkan oleh imbas kebijakan ekonomi dan geopolitik yang dikeluarkan oleh presiden AS Donald Trump.[2] Selain itu penyataan Trump seperti Trade War mampu membuat gaduh. Investor dibuat tidak nyaman dan memilih untuk menarik uangnya dan memegang dollar AS secara Cash (save haven currency), kemudian membeli surat-surat berharga di AS. Akibatnya peredaran dollar AS berkurang dan nilai Dollar AS naik.

Pada dasarnya kenaikan nilai dollar AS saat ini belum terlalu berpengaruh terhadap masyarakat umum melainkan kepada para pembisnis yang berhubungan dengan aktifitas impor ekspor.  Namun apabila hal ini terus terjadi, makan dapat berdampak terhadap perekonomian Negara. Seperti harga barang impor akan naik, tidak hanya itu harga produk dalam negeri yang berbahan baku impor akan naik berbanding lurus dengan nilai dollar AS.

Kondisi ini tidak dapat diselesaikan hanya kebijakan pemerintah saja, perlu adanya peran atau bantuan dari masyarakat untuk menguatkan nilai Rupiah. Caranya bisa dengan membeli produk dalam negeri dan mengurangi pembelian produk impor, mengganti destinasi liburan ke tempat wisata di Indonesia, serta memperbanyak bertransaksi dengan uang rupiah.

RAN, 2018



[1] Data dari detik.com
[2] Republika.co.id

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Muhasabah Kebangsaan : BUGHOT DENGAN BERTOPENG KALIMAT TAUHID

oleh : Al-Zastrouw Sore ini saya dikejiutkan dengan berita pembakaran kalimat tauhid yang dilakukan oleh Banser di Garut. Berita ters...